Penderitaan etnis Rohingya semakin menjadi-jadi. Kondisinya kini di tempat pengungsian semakin mengenaskan.
Lantaran minim fasilitas kesehatan, tinggal di tempat yang kotor, dan kurang pasokan air bersih, banyak di antara mereka yang terjangkit difteri.
Difteri merupakan penyakit lantaran terjadi infeksi bakteri yang umumnya menyerang selaput lendir pada hidung dan tenggorokan, serta terkadan dapat memengaruhi kulit.
Berdasarkan laporan yang beredar, diferi telah mewabah di wilayah pengungsian etnis Rohingya di Cox's Bazar, Bangladesh.
Jumlah pengungsi yang terinfeksi difteri mencapai lebih dari 110 jiwa. Penyakit tersebut telah merenggut 6 jiwa.
//
Penyebab
Menurut laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Sabtu (9/12/2017) penularan difteri di wilayah pengungsian disebabkan oleh sejumlah faktor.
Di antaranya, tidak semua pengungsi Rohingya telah mendapatkan imunisasi diferi, tingkat kebersihan di pengungsian yang buruk, serta minimnya persediaan air bersih dan pelayanan kesehatan yang memadai.
Jika tak segera ditanggulangi, kondisi tersebut dikhawatirkan akan berakibat lebih buruk. Pasalnya, wabah penyakit kolera, campak, dan rubella bisa jadi ikut menyusul.
"Maka dari itu kita harus melindungi 700 ribu orang dewasa dengan vaksin kolera, dan memberikan imunisasi campak-rubella buat 350 ribu anak-anak," kata perwakilan WHO di Bangladesh, Navaratnasamy Paranietharan, dikutip County Food dari laman Merdeka.
Penanggulangan
Untuk menanggulangi masalah tersebut, sejauh ini WHO telah mengiirim seribu obat penangkal di difteri di Bangladesh.
Selain itu, bersama UNICEF dan kementrian terkait di Bangladesh, WHO juga berupaya untuk mengampanyekan pentingnya imunisasi serta melakkan tindakan medis dan menjadi pasokan obat-obatan.
Lantaran minim fasilitas kesehatan, tinggal di tempat yang kotor, dan kurang pasokan air bersih, banyak di antara mereka yang terjangkit difteri.
Difteri merupakan penyakit lantaran terjadi infeksi bakteri yang umumnya menyerang selaput lendir pada hidung dan tenggorokan, serta terkadan dapat memengaruhi kulit.
Berdasarkan laporan yang beredar, diferi telah mewabah di wilayah pengungsian etnis Rohingya di Cox's Bazar, Bangladesh.
Jumlah pengungsi yang terinfeksi difteri mencapai lebih dari 110 jiwa. Penyakit tersebut telah merenggut 6 jiwa.
//
Penyebab
Menurut laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Sabtu (9/12/2017) penularan difteri di wilayah pengungsian disebabkan oleh sejumlah faktor.
Di antaranya, tidak semua pengungsi Rohingya telah mendapatkan imunisasi diferi, tingkat kebersihan di pengungsian yang buruk, serta minimnya persediaan air bersih dan pelayanan kesehatan yang memadai.
Jika tak segera ditanggulangi, kondisi tersebut dikhawatirkan akan berakibat lebih buruk. Pasalnya, wabah penyakit kolera, campak, dan rubella bisa jadi ikut menyusul.
"Maka dari itu kita harus melindungi 700 ribu orang dewasa dengan vaksin kolera, dan memberikan imunisasi campak-rubella buat 350 ribu anak-anak," kata perwakilan WHO di Bangladesh, Navaratnasamy Paranietharan, dikutip County Food dari laman Merdeka.
Penanggulangan
Untuk menanggulangi masalah tersebut, sejauh ini WHO telah mengiirim seribu obat penangkal di difteri di Bangladesh.
Selain itu, bersama UNICEF dan kementrian terkait di Bangladesh, WHO juga berupaya untuk mengampanyekan pentingnya imunisasi serta melakkan tindakan medis dan menjadi pasokan obat-obatan.